DINAMIKA ROTASI DAN
KESETIMBANGAN BENDA
TEGAR
Benda tegar  adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya di  mana
jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar  mendapatkan gaya luar yang tidak
tepat pada pusat massa, maka selain  dimungkinkan gerak translasi benda juga bergerak rotasi
terhadap  sumbu rotasinya. Coba Anda amati pergerakan mainan di salah satu taman  hiburan
seperti gambar di atas. Para penumpang bisa menikmati putaran  yang dilakukan oleh motor
penggerak yang terletak di tengah. Karena  gerak rotasinya maka para penumpang mempunyai
energi kinetik rotasi  di samping momentum sudut. Di samping itu pula besaran fisis yang lain  juga
terkait seperti momen inersia, kecepatan dan percepatan sudut,  putaran, serta torsi.
PETA KONSEP
Berubah
waktu
Tetap
Massa  Kecepatann
Momentum
Hukum kekekalan
momentum sudut
Jarak ke
titik  asal
Momentum
sudut
Kesetimbangan
statis
Syaratnya
resultan  gaya
dan torsi nol
BENDA TEGAR
Gerak
translasi
Massa
Posisi,
kecepatan
dan
percepatan
Titik
pusat
massa
Gerak
translasi
&  rotasi
Gerak
menggelinding
Titik berat
Gerak
rotasi
Torsi
Percepatan
sudut
Kecepatan
sudut,  Posisi
sudut, Titik
Pusat Rotasi,
Momen Inersia
Dapat
bersifat
Hasil  kali
Didefinisi
kan sbg
hasil kali
vektor
Jika tak ada  gaya luar
berlaku
syaratnya
memiliki
Dapat mengalami
Dikarakterisasi  oleh
contohnya
Dikarakterisasi oleh
Disebabkan oleh
Berkaitan  dengan
Laju perubahannya terhadap
waktu
Cek Kemampuan  Prasyarat
Sebelum Anda mempelajari Sub-bab ini, kerjakan terlebih
dahulu  soal-soal berikut ini di buku latihan Anda. Jika Anda
dapat  mengerjakan dengan benar, maka akan memudahkan
Anda dalam mempelajari  materi di Sub-bab berikutnya.
1. Apa yang dimaksud dengan diagram  gaya untuk benda bebas?
2. Tuliskannlah bunyi hukum kekekalan energi  mekanik.
3. Gambarkanlah diagram gaya untuk benda bebas yang terdiri
katrol  dan balok berikut:
3.1 Dinamika Rotasi
Seperti yang telah Anda  pelajari tentang materi dinamika
partikel, di mana suatu benda  sebagai obyek pembahasan dianggap
sebagai suatu titik materi  mengalami gerak translasi (dapat bergerak
lurus atau melengkung) jika  resultan gaya eksternal yang bekerja pada
benda tersebut tidak nol
Untuk  menyelesaikan masalah
dinamika partikel, Anda harus menguasai  menggambar diagram gaya
untuk benda bebas dan kemudian menggunakan  Hukum II Newton
Dalam Sub-bab ini Anda akan mempelajari materi  dinamika
rotasi benda tegar. Benda tegar adalah suatu benda dimana  partikelpartikel
penyusunnya berjarak tetap antara partikel satu  dengan yang
lainnya. Benda tegar sebagai objek pembahasan, ukurannya  tidak
diabaikan (tidak dianggap sebagai satu titik pusat materi), di  mana
resultan gaya eksternal dapat menyebabkan benda bergerak  translasi
dan juga rotasi (berputar terhadap suatu poros tertentu).  Gerak rotasi
balok
tali
katrol
disebabkan oleh adanya  torsi,  yaitu tingkat kecenderungan sebuah
gaya untuk memutar suatu  benda tegar terhadap suatu titik poros.
Untuk menyelesaikan masalah  dinamika rotasi benda tegar,
Anda harus menguasai menggambar diagram  gaya benda bebas,
kemudian menggunakan
untuk benda yang  bergerak
translasi dan menggunakan  untuk benda yang bergerak rotasi,
dengan  I (kg.m2) besaran momen inersia dan  percepatan sudut.
Dalam materi  dinamika partikel, Anda telah mempelajari dan
menggunakan hukum  kekekalan energi mekanik untuk menyelesaikan
masalah gerak translasi  dan ternyata dapat terelesaikan dengan lebih
mudah dan cepat  dibanding dengan menggunakan analisa dinamika
partikel
. Hal  demikian juga berlaku pada pemecahan
masalah gerak rotasi tertentu  seperti gerak menggelinding (gabungan
translasi dan rotasi) benda  tegar yang menuruni atau mendaki suatu
permukaan bidang miring,  dimana penggunaan hukum kekekalan
energi mekanik lebih mudah dan  cepat dibanding menggunakan analisa
dinamika rotasi yang menggunakan  persamaan
dan Sebelum materi dinamika rotasi, Anda telah mempelajari
hukum  kekekalan momentum linier. Dalam Sub-bab ini Anda akan
diperkenalkan  dengan materi hukum kekekalan momentum sudut.
Contoh aplikasi hukum  ini ditemui pada pada atlit penari es yang
melaukan peningkatan laju  putarannya dengan cara menarik kedua
lengannya dari terentang ke  merapat badannya.
3.2. Kecepatan dan Percepatan Angular
Dalam  membahas materi tentang gerak rotasi Anda harus
terlebih dahulu  mempelajari besaran fisis gerak rotasi yaitu pergeseran
sudut,  kecepatan sudut dan percepatan sudut. Besaran pergeseran sudut,
kecepatan  sudut dan percepatan sudut selalu dinyatakan dalam bentuk
vektor.  Arah pergeseran sudut adalah positif bila gerak rotasi (melingkar atau
berputar)  berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan arah
vektornya  (seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1) sejajar dengan
sumbu rotasi  (sumbu putar) yaitu arah maju sekrup putar kanan.
Kecepatan sudut  didefinisikan sebagai perbandingan pergeseran sudut
dengan waktu  tempuh dengan arah kecepatan sudut searah dengan
pergeseran sudut  atau searah dengan sumbu putar yaitu:
Sedangkan percepatan sudut  didefinisikan sebagai perbandingan
kecepatan sudut dengan waktu  tempuh yang dinyatakan sebagai:
pergeseran sudut, radian (rad), t:  waktu, sekon (s),
kecepatan sudut (rad/s), : percepatan sudut,  (rad/s2).
Dari persamaan (3.2) terlihat bahwa percepatan sudut  bergantung
pada perubahan arah kecepatan sudut (kalau sumbu putar  arahnya
berubah) dan bergantung pada perubahan besar kecepatan sudut   .
Dalam gerak melingkar yang jari-jarinya r dan kecepatan
sudutnya  , besar kecepatan linier benda adalah , sedang
arahnya sama dengan  arah garis singgung pada lingkaran di titik
dimana benda berada.  Kecepatan linier benda dinyatakan sebagai
, yang menunjukkan bahwa  arah v tegak lurus baik terhadap
maupun r , yaitu searah dengan arah  maju sekrup putar kanan bila
diputar dari ke r seperti ditunjukkan  dalam Gambar 3.2.
Sehingga persamaan gerak melingkar :
Contoh  soal 1
Sebuah cakram berputar dengan percepatan sudut konstan 2  rad/s2. Jika
cakram mulai dari keadaan diam berapa putaran dan  kelajuan sudutnya
setelah 10 s?
Penyelesaian:
Cakram melakukan  gerak melingkar berubah beraturan dengan
percepatan konstan, maka  sudut tempuh yang dilakukan
dihitung dengan:
jumlah putaran  yang dilakukan cakram adalah
putaran
rad
radx putaran 15,9
Sedangkan  kecepatan sudut yang dilakukan cakram dihitung
dengan:
Kegiatan  1. Menghitung kecepatan sudut dan kecepatan linier.
1. Ambil sepeda  angin dan posisikan agar roda belakang dapat
berputar dengan baik.
2.  Ukur dan catat radius roda,
3. Beri tanda pada “pentil” sebagai  acuan obyek pengamatan,
4. Putar roda dan pastikan “pentil” berputar  sejauh setengah
putaran (180o) dan catat waktu yang diperlukan dengan
menggunakan  stop wacth,
5. Tentukan kecepatan sudut dari pentil tersebut,
6.  Tentukan kecepatan linier dari pentil yang dianggap berada
pada  tepian roda.
Tugas 1.
Sebuah gerinda dengan radius 15 cm diputar  dari keadaan diam
dengan percepatan sudut 2 rad/s2. Jika gerinda  berputar selama 10
sekon, tentukan kecepatan sudutnya, kecepatan  linier titik di tepi
gerinda, berapa jumlah putaran yang ditempuh  gerinda tersebut?
3.3. Torsi dan Momen Inersia
Bila Anda ingin  memutar permainan gasing, Anda harus
memuntirnya terlebih dahulu.  Pada kasus itu yang menyebabkan gasing
berotasi adalah torsi. Untuk  memahami torsi dalam gerak rotasi, Anda
tinjau gambar batang langsing  yang diberi poros di salah satu ujungnya
(titik O) dan diberikan  gaya F yang membentuk sudut terhadap
horizontal seperti yang  ditunjukkan Gambar 3.3.
Gaya F mempunyai komponen ke arah horizontal,   dan arah
vertikal F sin sedangkan jarak tegak lurus antara garis  kerja sebuah
gaya dengan sumbu rotasi disebut lengan, r. Dari kedua  komponen
gaya tersebut yang dapat menyebabkan batang langsing  berotasi
terhadap titik poros rotasi adalah komponen gaya F sin,  karena
komponen gaya ini yang menimbulkan torsi pada batang sehingga
batang  langsing dapat berputar berlawanan dengan arah putaran jarum
jam  sedangkan komponen gaya F costidak menyebabkan torsi pada
batang  langsing.
Dari hukum ke dua Newton untuk massa yang konstan dapat  ditulis:
Jika kedua ruas persamaan (3.3) ini dikalikan secara  silang dengan r ,
diperoleh
Besaran skalar dalam persamaan  (3.4) didefinisikan sebagai bersaran
momen inersia I, untuk benda  tegar yang tersusun dari banyak partikel
dengan masing-masing massa  m1, m2, m3, ..., mN dan berjarak tegak
lurus terhadap titik poros  masing-masing r1, r2, r3, ..., rN maka momen
inersia sistem partikel  tersebut adalah:
Bila suatu benda tegar seperti pada Gambar 3.4  berputar terhadap
sumbu yang tegak lurus bidang gambar melalui titik  O, dengan
memandang bahwa benda tegar tersebut tersusun dari jumlahan  elemen
kecil massa , maka momen inersia dalam persamaan (3.5) dapat
ditulis  sebagai berikut:
Hasil kali sebuah gaya dengan lengannya dinamakan  torsi,
dengan sudut antara lengan gaya dengan garis kerja gaya  dan arah
torsi searah sekrup diputar kanan.
Gambar 3.4 Benda  tegar dengan distribusi massa kontinu yang berputar
terhadap titik o
Apabila  elemen massa diambil sangat kecil, maka
bentuk jumlahan dalam  persamaan (3.6) dapat diganti dengan bentuk
intergral, jadi momen  inersianya adalah:
dengan r adalah jarak elemen massa dm terhadap  sumbu putar.
Contoh soal 3.2.
Sebuah batang langsing 1 meter  dikenai tiga gaya seperti gambar, bila
poros terletak di salah satu  ujung O, tentukan torsi total yang dilakukan
oleh ketiga gaya  tersebut pada batang langsing terhadap poros O.
O B C  = 30o
F2  sin  F2= 10 N
F2 cos
F1= 20 N
F3 = 25 N
94
Penyelesaian:
Gaya  (N) Lengan torsi
(m)
Torsi (mN) Arah torsi
F1=20
F2 cos
F2  sin 30o =
5
F3 = 25
OB = 0,5
0
OC = 1
OC = 1
0,5 x  20 =
10
0
1 x 5 = 5
(-1) x 25 = -
25
Berlawanan arah
jarum  jam
-
berlawanan arah
jarum jam
searah jarum jam
Jadi  momen inersia terhadap poros O adalah (10) + (5) + (-25) = -10
(mN).  Tanda negatif menunjukkan arah torsi total berlawanan arah
jarum jam.
Contoh  soal 3.3.
Tiga benda kecil massanya masing-masing 0,1 kg, 0,2 kg dan  0,3 kg,
diletakkan berturut-turut pada titik A (0,0) m, B (4,0) m  dan C (2,3) m
seperti pada Gambar dan dihubungkan dengan batang tegar  yang
massanya diabaikan. Berapakah momen inersia sistem ini bila  diputar
terhadap sumbu X ?
Penyelesaian:
Ketiga benda terletak  secara diskrit,
maka momen inersia:
I = mA
2
A r + mB
2
B  r + mC
2
C r
Mengingat benda A dan B terletak
sepanjang  sumbu rotasi, maka rA dan
rB sama dengan nol, sehingga
I = mC
2
C  r = (0,3 kg) (3m)2 = 2,7 kg
m2.
95
Tabel 3.1. Momen inersia  benda-benda yang sering dikenal
3.3. Pemecahan Masalah Dinamika  Rotasi
Untuk memecahkan persoalan dinamika rotasi, apabila di
dalamnya  terdapat bagian sistem yang bergerak translasi maka
pemecahannya  dapat dilakukan dengan mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
1.  Identifikasi benda bagian dari sistem sebagai obyek
pembahasan dan  kelompokkan mana yang bergerak translasi
dan yang rotasi.
2.  Tentukan sumbu koordinat yang memudahkan untuk
penyelesaian  berikutnya.
3. Gambar diagram gaya benda bebas untuk masing-masing
benda.
4.  Gunakan persamaan F ma
untuk translasi dan I untuk gerak rotasi.
5.  Padukan dua persamaan pada langkah 4 untuk penyelesaian
akhir.
96
Untuk  memahami penyelesaian dengan urutan langkah tersebut
di atas,  silakan Anda mengimplementasikan pada studi kasus dinamika
rotasi  berikut ini:
Contoh soal 3.4.
Benda A massa m (kg) dihubungkan  dengan tali pada sebuah roda putar
berjari-jari R dan bermassa M (kg)  seperti Gambar . Bila mula-mula
benda A diam pada ketinggian h1 (m)  kemudian dilepas sampai pada
ketinggian h2 (m), tentukan tegangan  tali dan percepatan linier benda A
sepanjang geraknya.
Penyelesaian  :
Analisa rotasi:
Setelah benda A dilepas roda (bagian
sistem  yang berotasi) berputar dengan
percepatan sudut , dalam hal ini gaya
penggerak  rotasinya adalah gaya
tegangan tali T. Dari hukum kedua
Newton  untuk gerak rotasi
dan definisi momen inersia roda
terhadap  sumbunya I =
,
2
1 MR2 diperoleh 2
TxR 1 MR
Karena T  tegak lurus R, maka bila
ditulis dalam bentuk skalar menjadi
TR  sin 900 = 2
1 MR
Analisis translasi:
Benda A merupakan  bagian system yang bertranslasi, percepatan
linier benda A sama  dengan percepatan linier roda, yaitu a = R,
sehingga gaya tegangan  tali dapat dinyatakan dalam:
T = Ma
Sepanjang gerakan  benda A berlaku hukum ke dua Newton :
mg – T = ma
sehingga dengan  memasukkan harga T, maka besaran percepatan
linier benda A,  percepatan sudut roda dan gaya tegangan tali
berturut-turut dapat  dinyatakan sebagai
Kegiatan 2. Menghitung percepatan linier dan  sudut, tegangan tali.
1. Ambil katrol dan tali, susunlah membentuk  system mekanik
dimana di kedua ujung tali diberi dua ember yang sama,
2.  Isi masing-masing ember dengan air, 2 kg dan 4 kg,
3. Posisikan  system awalnya diam setimbang dengan posisi kedua
ember sama tinggi,
4.  Dari keadaan setimbang, kedua ember dilepas,
5. Ukur radius katrol,  massa katrol dan hitung momen inersianya,
6. Dengan stop watch, catat  waktu yang dibutuhkan ketika salah
satu ember menempuh 50 cm,
7.  Dengan analisa kinematika translasi dan rotasi, hitung
percepatan  linier ember, tegangan tali dan percepatan sudut
katrol.
Tugas 2.
Seorang  siswa mengamati seorang pekerja bangunan yang sedang mengangkat
benda  balok 40 kg ke atas lantai 2 setinggi 3 m dari lantai dasar dengan
menggunakan  “krane” /sistem katrol. Jika radius katrol 25 cm dan benda
sampai di  lantai 2 dalam waktu 3 sekon, hitung percepatan sudut katrol dan
tegangan  tali. Percepatan benda bergerak ke atas 1 m/s.
3.4. Pemecahan  Masalah Dinamika Rotasi dengan Hukum
Kekekalan Energi Mekanik
Anda  telah mencoba mengimplementasikan pemecahan
masalah dinamika rotasi  dengan menggunakan hukum II Newton
��F �� ma dan ���� �� I�� . Perlu  Anda ingat pula bahwa masalah
dinamika translasi dapat juga  diselesaikan secara mudah dan cepat
dengan hukum kekekalan energi  mekanik, demikian juga secara analogi
masalah dinamika rotasi dapat  juga diselesaikan dengan menggunakan
hukum kekekalan energi mekanik.  Pada bagian ini kita akan
mempelajari cara pemecahan masalah dinamika  rotasi berupa gerak
menggelinding dengan menggunakan hukum kekekalan  energi
mekanik.
Gerak menggelinding adalah suatu gerak dari benda  tegar yang
melakukan gerak translasi sekaligus melakukan gerak  rotasi. Benda
tegar yang melakukan gerak menggelinding maka selama  gerakan
berlaku hukum kekekalan energi mekanik, yang diformulasikan  sebagai
berikut:
E (mekanik) E ( potensial) E (translasi) E  (rotasi) M P K K
Energi kinetik translasi dihitung berdasarkan  asumsi bahwa benda
adalah suatu partikel yang kelajuan liniernya sama  dengan kelajuan
pusat massa sedangkan energi kinetik rotasi dihitung  berdasarkan
asumsi bahwa benda tegar berotasi terhadap poros yang  melewati pusat
massa.
Sekarang Anda implementasikan pada masalah  gerak
menggelinding dari silinder pejal pada lintasan miring dengan  dua cara
sekaligus berikut ini:
Contoh soal 3.4.
Sebuah  silinder pejal bermassa M dan berjari-jari R diletakkan pada
bidang  miring dengan kemiringan �� terhadap bidang horisontal yang
mempunyai  kekasaran tertentu. Setelah dilepas silinder tersebut
menggelinding,  tentukan kecepatan silinder setelah sampai di kaki
bidang miring!
Cara  penyelesaiannya:
99
Persoalan ini dapat diselesaikan menggunakan  konsep dinamika atau
menggunakan hukum kekekalan tenaga mekanik.
a.  Penyelesaian secara dinamika
Silinder menggelinding karena bidang  miring mempunyai tingkat
kekasaran tertentu. Momen gaya terhadap  sumbu putar yang
menyebabkan silinder berotasi dengan percepatan  sudut ��
ditimbulkan oleh gaya gesek f, yang dapat ditentukan melalui
fR  = I��
karena momen inersia silinder terhadap sumbunya adalah I =
1  MR dan percepatan linier a = ��R, maka gaya gesek dapat
dinyatakan  sebagai
Pada gerak menggelinding tersebut pusat massa  silinder bergerak
translasi, sehingga berlaku hukum kedua Newton.
Mg  sin �� – f = Ma
Setelah memasukkan harga f di atas dapat diketahui  percepatan
linier silinder, yaitu a = sin��
Dengan menggunakan  hubungan v2 = v2
0 + 2 as, dan mengingat
kecepatan silinder saat  terlepas vo = 0 dan h = s sin ��, maka
kecepatan silinder setelah  sampai di ujung kaki bidang adalah:
Terlihat bahwa kecepatan  benda menggelinding lebih lambat
daripada bila benda tersebut  tergelincir (meluncur) tanpa gesekan
yang kecepatannya:
b.  Penyelesaian menggunakan kekekalan tenaga mekanik
Pada gerak  menggelinding berlaku hukum kekekalan tenaga
mekanik, tenaga mekanik  silinder pada kedudukan 1 adalah:
EI = EpI = Mg (h + R)
Sedangkan  tenaga mekanik silinder pada kedudukan 2 adalah:
E2 = Ep2 + Ek2 +  EkR2
= MgR + 2 2
2
1
2
1 Mv �� I��
Perubahan tenaga  mekanik yang terjadi adalah
Wf = ��E = E2 – E1 = Mv2 �� I 2 �� Mgh
2
1
2
1  ��
Karena Wf = 0, maka dengan memasukkan momen inersia silinder I
=  2
2
1 MR dan
R
�� �� v , kecepatan silinder setelah sampai  di ujung
kaki bidang miring besarnya adalah: v = gh
3
4
Kegiatan  3. Menerapkan hukum kekelan energi mekanik
1. Silakan ambil sebuah  bola sepak dan ukur radius beserta
massanya,
2. Tempatkan bola  pada puncak sebuah papan kayu yang miring
(kemiringan 53o terhadap  horizontal),
3. Lepaskan bola dari puncak (awalnya diam),
4. Catat  waktu yang dibutuhkan bola dari posisi awal hingga
dasar,
5. Jika  papan kasar, hitung kecepatan linier dan kecepatan sudut
dari bola  ketika mencapai dasar dengan menggunakan analisa
kinematika dan  kekekalan energi mekanik.
Tugas 3.
Berapakah kecepatan linier bola  pejal beradius 15 cm , massanya 2 kg
jika dilepas pada bidang miring  licin dengan kemiringan 53o terhadap
horizontal. Bola dilepas dari  ketinggian 4 m.
101
3.5. Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Pada  gerak rotasi, benda mempunyai besaran yang dinamakan
momentum sudut  yang analog pada gerak translasi yang terdapat
besaran momentum  linier. Momentum sudut, L, merupakan besaran
vektor dengan besar  berupa hasil kali momen inersia, I, dengan
kecepatan sudut ��, yang  diformulasikan sebagai berikut:
�� ��
��
L �� I (3.9)
Bila  momen gaya eksternal resultan yang bekerja pada suatu
benda tegar  sama dengan nol, maka momentum sudut total sistem tetap.
Prinsip ini  dikenal sebagai prinsip kekekalan momentum sudut.
Tinjau suatu benda  tegar berotasi mengelilingi sumbu z yang tetap,
momentum sudut benda  tersebut adalah
LZ �� I��
dengan I adalah momen inersia benda,  sedangkan �� adalah kecepatan
sudutnya. Bila tak ada momen gaya  eksternal yang bekerja, maka LZ
tetap, sehingga bila I berubah maka  �� harus berubah agar efek
perubahannya saling meniadakan. Kekekalan  momentum sudut akan
berbentuk:
I �� = Io��o (3.10)
dengan Io  dan ��o adalah momen inersia benda dan kecepatan sudut
mula-mula.  Prinsip ini sering dipakai oleh penari balet atau peloncat
indah  untuk dapat berputar lebih cepat, yaitu dengan mengatur
rentangan  tangan maupun kakinya.
Contoh soal 3.5.
Roda pertama berputar pada  as (sumbu) dengan kecepatan sudut 810
putaran/menit. Roda kedua  mula-mula diam, momen inersianya 2 kali
momen inersia roda pertama.  Bila roda ke dua tiba-tiba digabungkan
sesumbu dengan roda pertama,  seperti ditunjukkan pada Gambar.
a. berapakah kecepatan sudut dari  gabungan ke dua roda?
b. berapakah besarnya tenaga kinetik yang  hilang?
Penyelesaian :
102
a. Karena digabungkan sesumbu, kedua  roda bergerak dengan
kecepatan sudut yang sama, dan pada gerak  rotasi gabungan
tersebut tidak ada momen gaya luar yang bekerja,  sehingga berlaku
hukum kekekalan momentum sudut.
Momentum sudut  awal = momentum sudut akhir
Misal kecepatan sudut roda pertama  mula-mula �� dan kecepatan
sudut gabungan kedua roda adalah ��’ ,  maka
I�� = 3I��’ �� ��’ =
3
��
Karena frekuensi putaran roda  pertama 810 putaran/menit, maka
kecepatan sudut gabungan kedua roda  tersebut adalah ��’ = 2�� .
rad / menit
3 b. Tenaga kinetik rotasi  gabungan
dengan IT adalah momen inersia gabungan kedua roda,  sehingga
tenaga kinetik rotasi yang hilang adalah
yaitu 2/3  dari tenaga kinetik rotasi pertama sebelum digabung.
Contoh soal 3.6
Sebuah  benda kecil bermassa m diikatkan diujung tali. Tali diputar
hingga  bergerak melingkar pada bidang horizontal dengan jari-jari r1
dan  laju v1. Kemudian tali ditarik ke bawah sehingga lingkarannya
menjadi  r2 (dengan r2 < r1). Nyatakan laju v2 dan laju putaran ��2
terhadap  harga mula-mula v1 dan ��1!
103
Penyelesaian :
Pada saat  tangan menarik tali ke
bawah, gaya penariknya (F) berimpit
dengan  sumbu putar massa m,
sehingga gaya ini tidak menyebabkan
momen  gaya. Karenanya pada kasus
ini berlaku hukum kekekalan
momentum  sudut
L1 = L2
mv1r1 = mv2r2
jadi laju v2 adalah v2 = 1
.  Dalam bentuk laju putaran, hukum
kekekalan momentum dapat dinyatakan  sebagai 2
1 mr �� �� mr �� ,
jadi laju putaran ��2 adalah 1
.
3.6  Kesetimbangan Benda
Dalam subbab ini Anda akan dipelajari  kesetimbangan benda
tegar. Kesetimbangan ada dua yaitu kesetimbangan  statis (benda dalam
keadaan tetap diam) dan kesetimbangan kinetis  (benda dalam keadaan
bergerak lurus beraturan). Benda dalam keadaan  kesetimbangan apabila
padanya berlaku ��F �� 0
(tidak bergerak  translasi) dan ���� �� 0 (tidak
berotasi). Berikutnya dalam subbab  ini apabila tidak dinyatakan, yang
dimaksud kesetimbangan adalah  kestimbangan statis (benda tetap diam)
dan supaya mempermudah dalam  menyelesaikan masalah
kestimbangan, Anda harus menguasai menggambar  diagram gaya
benda bebas dan menghitung torsi terhadap suatu poros  oleh setiap
gaya dari diagram gaya benda bebas tersebut.
A.  Kesetimbangan Statis Sistem Partikel
Dalam system yang tersusun dari  partikel, benda dianggap
sebagai satu titik materi. Semua gaya  eksternal yang bekerja pada
system tersebut dianggap bekerja pada  titik materi tersebut sehingga
gaya tersebut hanya menyebabkan gerak  translasi dan tidak
menyebabkan gerak rotasi. Oleh karena itu  kesetimbangan yang berlaku
pada sistem partikel hanyalah  kesetimbangan translasi.
Syarat kesetimbangan partikel adalah:
yang  meliputi �� �� 0 x F dan �� �� 0 y F (3.11)
dengan : x ��F resultan  gaya pada komponen sumbu x
y ��F : resultan gaya pada komponen sumbu  y.
Untuk memahami masalah kesetimbangan sistem partikel, silahkan
pelajari  studi kasus kesetimbangan berikut:
Benda dengan berat 400 N  digantung pada keadaan diam oleh tali-tali
seperti pada Gambar 3.5.  Tentukan besar tegangan-tegangan pada
kedua tali penahannya.
Gambar  3.5. Sistem kesetimbangan partikel.
Penyelesaian:
Dari gambar (c  ), diperoleh komponen tegangan tali sebagai berikut:
T1x = T1 cos 37o  = 0,8T1 T2x= T2 cos 53o = 0,6T2
T1y = T1 sin 37o = 0,6T1 T2y = T2  sin 53o = 0,8T2
Berikutnya kita menggunakan persamaan kesetimbangan  statis partikel
dan perhatikan tanda positif untuk arah ke kanan atau  atas dan negatif
untuk arah ke kiri atau bawah.
�� �� 0 x F �� ��  0 y F
T2x – T1x = 0 T1y + T2y – W = 0
0,6T2 = 0,8T1 (1) 0,6T1 +  0,8T2 – 400 = 0 (2)
Dengan mensubstitusi nilai T2 dari persamaan (1)  ke persamaan (2) kita
dapat nilai tegangan tali T2 = 320 N dan dengan  mensubstitusi ke
persamaan (1) diperoleh nilai tegangan tali T1 =  240 N.
105
B. Kesetimbangan Benda Tegar
Suatu benda tegar yang  terletak pada bidang datar (bidang XY) berada
dalam keadaan  kesetimbangan statis bila memenuhi syarat:
1. Resultan gaya harus nol
��F  = 0 yang mencakup ��Fx = 0 dan ��Fy = 0
2. Resultan torsi harus nol
����  = 0
Untuk memahami masalah kesetimbangan benda tegar, tinjau
pemecahan  studi kasus berikut ini:
Contoh soal 3.7
Sebuah batang homogen  dipasang melalui engsel pada dinding. Pada
jarak d = 2 m diatas  engsel diikatkan kawat yang ujung lainnya
dihubungkan dengan ujung  batang. Batang membentuk sudut 300
terhadap horisontal, dan pada  ujung batang digantungkan beban berat
W2 = 40 N melalui sebuah tali.  Jika berat batang adalah W1 = 60 N dan
panjang batang adalah 1 = 3 m,  tentukan gaya tegangan dalam kawat
dan gaya yang dilakukan engsel  pada batang!
Penyelesaian:
Penguraian gaya yang bekerja pada  sistem ditunjukkan pada Gambar.
Dari syarat seimbang �� F �� 0 , bila  dinyatakan dalam komponen
vertikal dan horisontalnya berturut-turut  diperoleh
�� �� 0 v F : Fv + Tv – W – w = 0, atau
Tv
+ Fv = W +  w = 100 N (a)
�� �� 0 h F : Fh – Th = 0, atau Fh = Th (b)
sedangkan  dari syarat ���� �� 0, bila momen gaya dihitung terhadap
titip P,  hasilnya adalah
Fv(1 cos 300) – Fh (1 sin 300) – W 0
2
1cos300
��  �� ����
��
�� ����
��
Diperoleh
Fv = 0.577 Fh + 30 N (c)
106
Hubungan  dalam persamaan (a), (b) dan (c) belum dapat diselesaikan,
karena  dari ke tiga persamaan tersebut terdapat empat variabel yang
belum  diketahui. Untuk menyelesaikannya tinjau hubungan antara
komponen-komponen  tegangan tali T,
Tv = Th tan ��
Karena
tan �� = 0.192
(3  )(0.866)
2 (3 )(0.5)
1cos30
1sin 30
0
0
��
��
��
��
m
d  m m
maka Tv = 0.192 Th (d)
bila (d) dimasukkan ke dalam (a)  diperoleh
Fv = 100 N – 0.192 Th (e)
Sedangkan (c) dapat dinyatakan  dalam
Fv = 0.577 Th + 30N (f )
Dari penyelesaian persamaan (e)  dan (f) diperoleh
Th=91 N
Fv = 82.5 N
Dan bila Fv dan Th ini  dimasukkan ke dalam (a) dan (b), diperoleh
Tv = 17.5 N
Fh = 91 N
Sehingga  besar gaya tegangan tali adalah
T = T T N h v 2 �� 2 �� 92.7
Dan  gaya penopang pada engsel adalah
F = F F N h v 2 �� 2 �� 122.83
C.  Titik Berat
Definisi dan Cara Menentukan Titik Berat
Titik berat  dari suatu benda tegar adalah titik tunggal yang
dilewati oleh  resultan dari semua gaya berat dari partikel penyusun
benda tegar  tersebut. Titik berat disebut juga dengan pusat gravitasi.
Letak  titik berat dari suatu benda secara kuantitatif dapat
ditentukan  dengan perhitungan sebagai berikut. Tinjau benda tegar tak
beraturan  terletak pada bidang XY seperti Gambar 3.5. Benda tersusun
oleh  sejumlah besar partikel dengan berat masing-masing w1, w2, w3,
berada  pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), (x3,y3). Tiap partikel
menyumbang  torsi terhadap titik O sebagai poros yaitu w1x1, w2x2,
w3x3. Torsi  dari berat total benda W dengan absis XG adalah WXG, di
mana torsi  ini sama dengan jumlah torsi dari masing-masing partikel
107
penyusun  benda tegar. Dengan demikian kita dapat rumusan absis titik
berat  sebagai berikut:
dengan cara yang sama diperoleh ordinat titik  berat sebagai berikut:
Gambar 3.6. Titik berat sejumlah partikel  dari benda tegar
Keidentikan Titik Berat dan Pusat Massa
Gaya  berat suatu benda tegar merupakan hasil kali antara massa benda
dengan  percepatan gravitasi (w = mg). Untuk itu apabila gaya berat
benda w =  mg disubstitusikan ke persamaan 3.12 dan 3.13 akan
diperoleh titik  pusat massa (XG,YG) yang identik dengan titik berat.
Kegiatan 4.  Menentukan titik pusat massa
1. Ambil sebuah lembar kertas karton  dengan ukuran 30 cm x 40
cm,
2. Timbang dan catat massa kertas  karton tersebut,
3. Buat perpotongan garis diagonal,
4. Buat garis  yang membagi kertas karton menjadi empat bagian
yang sama,
5.  Tempatkan acuan titik pusat (0,0) di titik perpotongan diagonal,
6.  Secara teoritis tentukan titik pusat massa kertas karton dengan
menggunakan  empat luasan bagian kertas yang Anda buat,
7. Buktikan bahwa titik  pusat massa kertas karton berada di titik
perpotongan garis diagonal  dengan cara ambil sebuah benang
yang diikatkan pada sebarang titik  pada kertas karton dan
posisikan kertas menggantung dan setimbang,
8.  Amati bahwa posisi benang akan segaris / melewati titik pusat
massa  yang berada di perpotongan diagonal.
Tiga massa M1= 5 kg (4,4); M2 =  10 kg (10,4) dan M3 = 5 kg (6,0)
membentuk sistem partikel benda  tegar yang dihubungkan
penghubung kaku seperti gambar. Tentukan titik  berat dari sistem
partikel tersebut.
109
Tugas 4.
Tentukan  titik pusat massa dari selembar seng dengan bentuk sebarang
dengan  cara melakukan penyeimbangan dengan benang dan
digantungkan sehingga  posisi setimbang. Lakukan pada dua titik ikat
benang berbeda posisi  pada seng tersebut. Titik pusat massa ditentukan
dengan melakukan  perpotongan perpanjangan garis yang segaris
dengan benang tersebut.
3.7  Rangkuman
1. Pemecahan masalah dinamika rotasi dilakukan dengan
menggunakan  Hukum II Newton translasi ��F �� ma
��
dan rotasi
���� �� I�� .
2.  Pemecahan masalah dinamika rotasi dapat juga dilakukan
dengan  menggunakan Hukum Kekekalan energi mekanik :
E (mekanik) E (  potensial) E (translasi) E (rotasi) M P K K �� �� ��
3. Momen  inersia adalah besaran yang merupakan hasil kali
massa dengan kwadrat  jarak massa terhadap sumbu rotasi,
untuk system terdiri banyak  partikel, momen inersianya
adalah:
4. Dalam dinamika rotasi  terdapat besaran momentum sudut,
dimana besarnya perubahan kecepatan  momentum sudut yang
terjadi sebanding dengan torsi yang bekerja pada  benda yang
berotasi. Jika selama berotasi resultan torsi pada benda  sama
dengan nol, maka pada benda berlako kekekalan momentum
sudut,  Lo = L’.
5. Kesetimbangan system partikel harus memenuhi syarat
��F  �� 0
��
yang meliputi �� �� 0 x F dan �� �� 0 y F , sedang untuk
kesetimbangan  benda tegar harus memenuhi syarat resultan
gaya harus nol, ��F = 0  yang mencakup ��Fx = 0 dan ��Fy = 0
dan
Resultan torsi harus nol,  ���� = 0.
110
6. Titik berat suatu benda dapat dihitung dengan  rumus :
3.8 Soal Kompetensi
1. Pada sebuah roda yang mempunyai  momen inersia 8 kg.m2
dikenai torsi pada tepinya sebesar 50 m.N.
(a).  Berapakah percepatan sudutnya?
(b). Berapakah lama waktu yang  dibutuhkan roda dari diam
sampai roda mempunyai kecepatan sudut 88,4  rad/s?
(c). Berapakah besar energi kinetik roda tersebut pada
kecepatan  sudut 88,4 rad/s?
2. Tentukan torsi total dan arahnya terhadap poros  O
(perpotongan diagonal) dari persegi empat dengan ukuran20
cm x  40 cm berikut ini:
3.
20 N
30 N
25 N
10 N
M2
Balok  M1 = 2 kg, M2 = 1 kg
dihubungkan dengan tali melewati
katrol  berupa piringan tipis dengan
massa katrol 1 kg dan radius 20 cm.
Katrol  dan tali tidak selip, system
dilepas dari diam. Tentukan
percepatan  kedua balok dan energi
kinetik katrol setelah bergerak dalam
waktu  5 s.
111
4. Seorang anak mengelindingkan pipa paralon dengan  diameter
20 cm dan panjang 80 cm pada permukaan datar. Tentukan
energi  kinetik yang dimiliki paralon tersebut jika massa paralon
1,5 kg.
5.  Dari system kesetimbangan berikut tentukan besar tegangan tali
agar  system dalam keadaan setimbang.
6. Seorang anak membuat model sebagai  berikut:
M1
Batang QR = 120 cm dengan massa 4 kg, massa beban 10  kg
dan sudut QPS = 45o serta QS = 60 cm.
P
Q
R
S
Papan  persegi 30 cm x 90 cm, papan bujur sangkar 30 cm x 30
cm dan papan  lingkaran berdiameter 30 cm. Massa papan
tersebut berturut-turut 4  kg, 3 kg dan 2 kg, tentukan titik berat
model tersebut. Letakkan  pusat koordinat di perpotongan
diagonal papan bujur sangkar.
112
7.  Dari sistem partikel berikut tentukan besarnya tegangan
masing-masing  tali.
8. Sebutkan syarat kesetimbangan (a). sistem partikel, (b).  benda
tegar.
9. Sebuah bola pejal dengan ragius 20 cm dan massa 4  kg dilepas
dari keadaan diam di puncak bidang miring dengan  ketinggian
60 cm dan sudut kemiringan 37o terhadap horizontal.  Tentukan
percepatan linier dan energi kinetik dari bola ketika sampai  di
bidang datar dengan cara menggelinding. Selesaikan dengan
menggunakan  hukum kekekalan energi mekanik.
10. Tentukan momen inersia dari  system partikel berikut m1 = 2 kg
(2,4); m2 = 4 kg (4,-2); m3 = 3 kg  (3, 6), m4 = 4 kg (0,-4) yang
terhubung satu sama lain dengan  penghubung kaku tak
bermassa terhadap poros yang melewati pusat  koordinat (0,0).
Rotasi Benda Tegar
Benda tegar adalah  sistem partikel yang mana posisi relatif partikel-partikelnya,
satu  dengan yang lainnya di dalam sistem, (dianggap) tetap. Akibatnya
ketika  benda ini berotasi terhadap suatu sumbu tetap, maka jarak setiap
partikel  dalam sistem terhadap sumbu rotasi akan selalu tetap. Di sini kita
hanya  akan meninjau gerak rotasi dengan sumbu putar yang tetap orientasinya.
Kinematika  Rotasi
Tinjau rotasi sebuah partikel dalam lintasan lingkaran dengan  jejari r.
Jarak yang telah ditempuh dalam selang waktu  t adalah s  terkait dengan
sudut (dalam radian). Hubungan s dan diberikan oleh s =  r . Untuk selang waktu yang sangat kecil maka besar kecepatan linier  diberikan oleh
ds
dt
= r
d
dt
(6.1)
besaran !   d
dt    disebut sebagai kecepatan sudut, yang arahnya diberikan
oleh arah  putar tangan kanan, tegak lurus bidang lingkaran. Jadi hubungan
antara  kecepatan linier dengan kecepatan sudut diberikan oleh
~v = ~! ×~r.  (6.2)
Percepatan sudut  didefinisikan sebagai laju perubahan  kecepatan sudut
terhadap waktu,
d!
dt
(6.3)
Hubungan  antara percepatan linier dan percepatan sudut diberikan oleh
dv
dt
=  r
d!
dt
= r (6.4)
dengan arah  diberikan oleh arah  perubahan !, atau secara vektor
~a = ~ × r. (6.5)
Karena  persamaan-persamaan kinematika yang menghubungkan  , ! dan
bentuknya  sama dengan persamaan-persamaan kinematika gerak linear,
maka dengan  memakai analogi ini akan diperoleh kaitan sebagai berikut untuk
keceptan  sudut konstan
(t) =  0 + !t (6.6)
dan kaitan-kaitan berikut untuk  percepatan sudut konstan
(t) =  0 + !0t + 1
2t2 (6.7)
!(t) =  !0 + t (6.8)
!(t)2 = !2
0 + 2 . (6.9)
Dinamika Rotasi
Torka  dan momentum sudut
Untuk memudahkan penyelidikan dan analisa  terhadap gerak rotasi, didefinisikan
beberapa besaran sebagai analog  konsep gaya dan momentum. Pertama
didefinisikan konsep momentum sudut  l. Momentum sudut suatu partikel
yang memiliki momentum linear ~p  dan berada pada posisi ~r dari suatu
titik referensi O adalah
~l
=  ~r × ~p (6.10)
Perlu diperhatikan bahwa nilai l bergantung pada  pemilihan titik referensi
O, nilainya dapat berubah bila digunakan  titik referensi yang berbeda.
Laju perubahan momentum sudut terhadap  waktu didefinisikan sebagai
besaran torka ~
d~l
dt
=
d
dt
(~r  × ~p) =
d~r
dt × ~p +~r ×
d~p
dt
(6.11)
karena bentuk
d~r
dt  × ~p = ~v × m~v = 0 (6.12)
maka
~  = ~r × ~F =
d~l
dt
.  (6.13)
Sistem partikel
Untuk suatu sistem banyak  partikel total momentum sudutnya diberikan
oleh
~L
=
X
i
~l
i  (6.14)
dengan ~li adalah momentum sudut partikel ke-i. Total torka  yang bekerja
pada sistem ini
~ tot =
X
i
d~li
dt
=
X
i
i  (6.15)
Torka yang bekerja pada sistem dapat dikelompokkan  menjadi dua jenis,
torka internal yang bekerja pada partikel oleh  partikel lain dalam sistem,
dan torka eksternal yang berasal dari  gaya eksternal. Karena prinsip aksireaksi,
dan bila garis kerja gaya  aksi-reaksi tersebut segaris maka total torka
antara dua partikel i  dan j
ij +  ji = ~ri × ~Fij +~rj × ~Fji = (~ri −~rj) × Fij = 0.  (6.16)
Sehingga total torka yang bekerja pada sistem partikel  hanyalah torka eksternal,
dan perubahan momentum sudut total sistem  hanya bergantung pada
torka eksternal
d~L
dt
= ~ ekst tot  (6.17)
Ketika tidak ada torka eksternal maka momentum sudut total  sistem akan
konstan.
Energi Kinetik Rotasi
Kita  tinjau suatu sistem partikel yang berotasi terhadap suatu sumbu tetap.
Jarak  setiap partikel terhadapa sumbu rotasi selalu tetap. Bila sistem  partikel
ini adalah benda tegar maka kesemua partikel akan bergerak  bersamasama
dengan kecepatan sudut yang sama. Energi kinetik sistem  partikel
tersebut adalah
Ek =
1
2
X
i
miv2
i =
1
2
X
i
mir2
i
!2  (6.18)
dengan ri adalah jarak partikel ke i tegak lurus terhadap  sumbu rotasi. Besaran
yang ada dalam tanda kurung didefinisikan  sebagai momen inersia I
dari sistem relatif terhadap sumbu rotasi
I  =
X
i
mir2
i (6.19)
Bila bendanya kontinum, maka  perumusan momen inersianya menjadi
I =
Z
r2? dm (6.20)
dengan  r? adalah jarak tegak lurus elemen massa dm ke sumbu putar.
Teorema  sumbu sejajar
Tinjau sebuah benda seperti tampak pada gambar di  bawah ini
Gambar 6.1: Gambar untuk teorema sumbu sejajar
dengan  titik pm adalah titik pusat massanya. Momen inersia benda terhadap
sumbu  di titik P dan momen inersia terhadap sumbu yang sejajar
tetapi  melalui titik pusat massanya terkait sebagai berikut
IP =
Z
r2?  dm =
Z
~r? · ~r?dm (6.21)
tetapi ~r? = ~rpm +~r0 dan
~r? ·  ~r? = (~rpm +~r0) · (~rpm +~r0) = r2
pm + r02 + 2~rpm · ~r0
sehingga
IP  =
Z
(r2
pm + r02 + 2~rpm · ~r0)dm (6.22)
suku pertama tidak  lain adalah Mr2
pm (M adalah massa total benda), suku
kedua  adalah momen inersia terhadap pusat massa, sedangkan suku ketiga
lenyap  (karena tidak lain adalah posisi pusat massa ditinjau dari pusat
massa).  Sehingga
IP = Ipm +Mr2
pm (6.23)
Teorema sumbu tegak  lurus
Tinjau benda pada gambar di bawah ini
Kita ketahui bahwa
Iz  =
Z
r2?dm =
Z
(x2 + y2)dm = Iy + Ix (6.24)
Jadi momen  inersia terhadap suatu sumbu sama dengan jumlah momen inersia
terhadap  dua sumbu yang saling tegak terhadapnya.
Usaha
Definisi  usaha untuk gerak rotasi sama dengan definisi usaha pada gerak
linear.  Sebuah partikel diberi gaya ~F. Partikel itu bergerak melingkar dengan
lintasan  yang berjejari r, menempuh lintasan sepanjang d~s. Usaha yang
dilakukan  gaya ~F tadi adalah
dW = ~F · d~s (6.25)
Tetapi kita dapat  menuliskan d~s = d~  ×~r, sehingga
dW = ~F · d~  ×~r = ~r × ~F · d~  =  ~  · d~  (6.26)
Tetapi usaha yang dilakukan sama dengan  perubahan energi kinetik sehingga
~  · d~  = d(
1
2
I!2) =  I!d! (6.27)
dengan d! = dt dan d  = !dt maka
~  · ~!dt = I~! · ~dt  (6.28)
Maka kita peroleh kaitan
~  = I~ (6.29)
analog dengan  hukum Newton kedua.
Gabungan Gerak Translasi dan Rotasi
Tinjau  sebuah benda dengan posisi pusat massa ~rpm yang bergerak dengan
kecepatan  ~vpm. Misalkan benda ini selain bertranslasi, juga berotasi. Kecepatan
suatu  bagian dari benda tadi dapat dituliskan sebagai ~v = ~vpm +~v0,
dengan  ~v0 adalah kecepatan relatif terhadap pusat massa. Sehingga energi
kinetik  benda tadi
Ek =
1
2
Z
v2dm =
1
2
Z
(~vpm  +~v0) · (~vpm +~v0)dm (6.30)
atau dapat dituliskan
1
2
Z
(v2
pm  +~v02 + 2~vpm · ~v0)dm (6.31)
suku terakhir lenyap (karena merupakan  kecepatan pusat massa dilihat dari
kerangka pusat massa). Sehingga
Ek  =
1
2
Mv2
pm + E0kpm (6.32)
dengan E0kpm adalah energi  kinetik benda karena gerak relatifnya terhadap
pusat massa. Bila  bendanya benda tegar, maka suku terakhir ini adalah
energi kinetik  rotasi terhadap pusat massa
Ek =
1
2
Mv2
pm +
1
2
Ipm!2  (6.33)
Kesetimbangan Benda Tegar
Sebuah benda tegar  berada dalam keadaan seimbang mekanis bila, relatif
terhadap suatu  kerangka acuan inersial
1. Percepatan linier pusat massanya nol.
2.  Percepatan sudutnya mengelilingi sembarang sumbu tetap dalam kerangka
acuan  ini juga nol.
Persyaratan di atas tidak mengharuskan benda  tersebut dalam keadaan diam,
karena persyaratan pertama membolehkan  benda bergerak dengan kecepatan
pusat massanya konstan, sedangkan  persyaratan kedua membolehkan benda
berotasi dengan kecepatan sudut  rotasi yang konstan juga. Bila benda benarbenar
diam (relatif  terhadap suatu kerangka acuan), yaitu ketika kecepatan
linier pusat  massanya dan kecepatan sudut rotasinya terhadap sembarang
sumbu  tetap, bernilai nol keduanya, maka benda tegar tersebut dikatakan
berada  dalam keseimbangan statik. Bila suatu benda tegar berada dalam
keadaan  seimbang statik, maka kedua persyaratan di atas untuk keseimbangan
mekanik  akan menjamin benda tetap dalam keadaan seimbang statik.
Persyaratan  pertama ekuivalen dengan persyaratan bahwa total gaya eksternal
yang  bekerja pada benda tegar sama dengan nol
~Feks = 0. (6.34)
Sedangkan  persyaratan kedua ekuivalen dengan persyaratan bahwa total
torka  eksternal yang bekerja pada benda tegar sama dengan nol
~ eks = 0.  (6.35)
Jenis-Jenis Keseimbangan
Dalam kasus ini yang  akan ditinjau hanyalah keseimbangan benda tegar di
dalam pengaruh  gaya eksternal yang konservatif. Karena gayanya adalah
gaya  konservatif, maka terdapat hubungan antara gaya yang bekerja dengan
energi  potensialnya, misalnya untuk satu arah-x
Fx = −
@U
@x
(6.36)
Keadaan  seimbang terjadi ketika nilai Fx = 0, kondisi ini tidak lain adalah
syarat  titik ekstrem untuk fungsi energi potensial U(x). Andaikan saja titik
seimbang  ini kita pilih sebagai posisi x = 0. Fungsi energi potensial dapat
diekspansikan  (sebagai deret pangkat dalam x) di sekitar titik ini
U(x) = U0 + a1x  + a2x2 + a3x3 + . . . (6.37)
Karena
Fx = −
@U
@x |x=0 = 0  (6.38)
maka a1 = 0. Gaya yang bekerja pada benda ketika digeser dari  titik keseimbangannya,
tergantung pada nilai a2,
Fx = −2a2x −  3a3x2 + . . . (6.39)
Untuk nilai x disekitar x = 0, Fx dapat didekati  hanya dengan suku pertamanya,
sehingga
Fx   −2a2x (6.40)
Bila  a2 > 0 maka pergeseran kecil dari titik seimbang, memunculkan gaya
yang  mengarahkan kembali ke titik seimbang. Keseimbangan ini disebut
keseimbangan  stabil. Bila a2 > 0 maka pergeseran sedikit dari titik seimbang,
memunculkan  gaya yang menjauhkan dari titik seimbangnya. Keseimbangan
ini  disebut keseimbangan labil. Bila a2 = 0 maka pergeseran sedikit dari  titik
seimbang tidak memunculkan gaya. Keseimbangan ini disebut  keseimbangan
netral.
Senin, 07 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar